PENDIDIKAN JASMANI DI AMERIKA SERIKAT
ANUNG PROBO ISMOKO, S.Pd.Kor
PENDAHULUAN
Penduduk
Amerika adalah masyarakat multietnis, jadi tidak dapat dikatakan hanya ada satu
"tipe" orang Amerika. Kelompok-kelompok etnis inti di Amerika adalah
para koloni dari Britania Raya, Belanda, Jerman, dan negara-negara Eropa lain
yang tiba di bagian timur Amerika Utara pada awal tahun 1600-an. Sebenarnya,
setiap kebangsaan dapat ditemukan dalam leluhur suatu suku bangsa yang disebut
sebagai "orang-orang Amerika" ini. Amerika Serikat merdeka pada tahun
1776 dan menjadi luas di atas sebagian besar benua di bagian barat, juga
beberapa tanah di luar negeri, beberapa di antaranya kini berdiri sendiri dan
beberapa lainnya masih tergabung dengan Amerika. Orang-orang Amerika merupakan
orang-orang yang suka menutup diri terhadap dunia luar selama beberapa generasi
ketika membangun negaranya yang baru. Kini, pengaruh, budaya, dan militer
Amerika berdampak besar di dunia. Media massa dan literatur-literatur Amerika
membentuk pikiran dunia. Sebagian besar orang Amerika tinggal di Amerika
Serikat, dengan sebagian kecil populasi tersebar di seluruh dunia di lebih dari
seratus negara.
Sebagian
besar orang Amerika makmur secara material. Mereka memiliki standar hidup yang
lebih tinggi daripada tempat-tempat lain di seluruh dunia. Mereka hidup di
pusat budaya dengan sistem komunikasi yang modern. Orang-orang Amerika sangat
mengutamakan media massa dan hiburan. Mereka bisa menjadi orang yang sangat
mementingkan diri sendiri dan egois, serta tidak peduli dengan dunia lain,
tetapi mereka bisa juga menjadi sangat dermawan dan suka membantu orang-orang
yang membutuhkan, juga memahami apa-apa yang terjadi di dunia di luar Amerika.
Mereka adalah orang-orang yang sepertinya bergerak secara konstan serta didikte
oleh karier dan lingkungan sekitarnya. Meskipun kebanyakan orang Amerika hidup
sejahtera, menurut statistik, tingkat kekerasan dalam masyarakat Amerika
termasuk yang paling parah di dunia. Meski demikian, rata-rata orang Amerika
biasanya tidak mengalami kekerasan dalam hidup sehari-hari. Meski keadaan telah
berubah secara dramatis dalam setengah abad terakhir, rasisme telah memainkan
peranan yang penting dalam sejarah Amerika.
PEMBAHASAN
A. Pandangan Tradisional Pendidikan
Jasmani Di Amerika Serikat
Pandangan pertama, atau juga sering
disebut pandangan tradisional, menganggap bahwa manusia itu terdiri dari dua
komponen utama yang dapat dipilah-pilah, yaitu jasmani dan rohani (dikhotomi).
Pandangan ini menganggap bahwa pendidikan jasmani hanya semata-mata mendidik
jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rohani
manusia. Dengan kata lain pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap saja. Di
Amerika Serikat, pandangan dikotomi ini muncul pada akhir abad 19 atau antara
tahun 1885-1900. Pada saat itu, pendidikan jasmani di pengaruhi oleh sIstem
Eropa, seperti: Sistem Jerman dan Sistem Swedia, yang lebih menekankan pada
perkembangan aspek fisik (fitnes),
kehalusan gerak, dan karakter siswa, dengan gimnastik sebagai medianya. Pada
saat itu, pendidikan jasmani lebih berperan sebagai “medicine” (obat) daripada sebagai pendidikan. Oleh karena itu,
parapengajar pendidikan jasmani lebih banyak dibekali latar belakang akademis
kedokteran dasar (medicine).
Pandangan pendidikan jasmani berdasarkan
pandangan dikhotomi manusia ini secara empirik menimbulkan salah kaprah dalam
merumuskan tujuan, program pelaksanaan, dan penilaian pendidikan. Kenyataan
menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan jasmani ini cenderung mengarah kepada
upaya memperkuat badan, memperhebat keterampilan fisik, atau kemampuan
jasmaniahnya saja. Selain dari itu, sering juga pelaksanaan pendidikan jasmani
ini justru mengabaikan kepentingan jasmani itu sendiri, hingga akhirnya
mendorong timbulnya pandangan modern.
B. Pandangan Modern Pendidikan
Jasmani Di Amerika Serikat
Pandangan modern, atau sering juga
disebut pandangan
holistik, menganggap
bahwa manusia bukan sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yang
terpilah-pilah. Manusia adalah kesatuan dari berbagai bagian yang
terpadu. Oleh karena itu pendidikan jasmani tidak hanya berorientasi pada
jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja.
Di Amerika Serikat, pandangan holistik ini awalnya dipelopori oleh Wood dan selanjutnya oleh Hetherington pada tahun 1910. Pada saat itu pendidikan jasmani dipengaruhi oleh “progressive education”. Doktrine utama dari progressive education ini menyatakan bahwa semua pendidikan harus memberi kontribusi terhadap perkembangan anak secara menyeluruh, dan pendidikan jasmani mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan. Pada periode ini pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui aktivitas jasmani (education through physical).
Di Amerika Serikat, pandangan holistik ini awalnya dipelopori oleh Wood dan selanjutnya oleh Hetherington pada tahun 1910. Pada saat itu pendidikan jasmani dipengaruhi oleh “progressive education”. Doktrine utama dari progressive education ini menyatakan bahwa semua pendidikan harus memberi kontribusi terhadap perkembangan anak secara menyeluruh, dan pendidikan jasmani mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan. Pada periode ini pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui aktivitas jasmani (education through physical).
Pandangan holistik ini, pada awalnya
kurang banyak memasukkan aktivitas sport karena pengaruh pandangan sebelumnya,
yaitu pada akhir abad 19, yang menganggap sport
tidak sesuai di sekolah-sekolah. Namun tidak bisa dipungkiri sport terus tumbuh dan berkembang
menjadi aktivitas fisik yang merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Sport menjadi populer, siswa
menyenanginya dan ingin mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi di
sekolah-sekolah hingga para pendidik seolah-olah ditekan untuk menerima sport dalam kurikulum di sekolah-sekolah
karena mengandung nilai-nilai pendidikan. Hingga akhirnya pendidikan jasmani
juga berubah, yang tadinya lebih menekankan pada gimnastik dan fitnes
menjadi lebih merata pada seluruh aktivitas fisik termasuk olahraga, bermain,
rekreasi atau aktifitas lain dalam lingkup aktivitas fisik.
Definisi pendidikan jasmani di Amerika oleh
Pangrazi dan Dauer (1992) sebagai berikut, “pendidikan jasmani merupakan bagian dari
program pendidikan umum yang memberi kontribusi, terutama melalui pengalaman
gerak, terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Pendidikan
jasmani didefinisikan sebagai pendidikan gerak dan pendidikan melalui gerak dan
harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan definisi tersebut”.
Definisi pendidikan jasmani dari
pandangan holistik ini cukup banyak mendapat dukungan dari para ahli pendidikan
jasmani lainnya. Misalnya, Siedentop (1990), mengemukakan, “pendidikan
jasmani modern yang lebih menekankan pada pendidikan melalui aktivitas jasmani
didasarkan pada anggapan bahwa jiwa dan raga merupakan satu kesatuan yang tidak
bisa dipisah-pisahkan. Pandangan ini memandang kehidupan sebagai totalitas”.
Wall dan Murray (1994), mengemukakan hal
serupa dari sudut pandang yang lebih spesifik, “masa
anak-anak adalah masa yang sangat kompleks, dimana pikiran, perasaan, dan
tindakannya selalu berubah-ubah. Oleh karena sifat anak-anak yang selalu
dinamis pada saat mereka tumbuh dan berkembang, maka perubahan satu element
sering kali mempengaruhi perubahan pada eleman lainnya. Oleh karena itulah,
adalah anak secara keseluruhan yang harus kita didik, tidak hanya mendidik
jasmani atau tubuhnya saja”. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa pendidikan jasmani pada
dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai
perkembangan individu secara menyeluruh. Namun demikian, perolehan keterampilan
dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai
tujuan. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas
jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan apabila banyak yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan
jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh, dan sekaligus memiliki
potensi yang strategis untuk mendidik.
C. Pendidikan
Jasmani, Play (Bermain) dan Sport
Di Amerika Serikat
Dalam merumuskan pengertian pendidikan jasmani harus
dipertimbangkan dalam hubungan-nya dengan bermain (play) dan olahraga (sport).
Berbagai studi di negara maju telah menelusuri dan mengembangkan konsep bermain
dan implikasinya bagi kesejahteraan-total manusia. Demikian juga dengan studi
tentang pendidikan jasmani dan olahraga, tetapi sesungguhnya ketiga istilah itu
memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Bermain adalah aktivitas yang digunakan untuk mendapatkan
kesenangan, keriangan, atau kebahagiaan. Dalam budaya Amerika bermain adalah
aktivitas jasmani non-kompetetif, meskipun bermain tidak harus berbentuk
aktivitas jasmani, secara tidak sengaja telah terjadi keragaman makna olahraga
seharusnya dikategorikan sesuai dengan tujuannya, namun demikian sangat
memungkinkan terjadinya kerancuan dalam pemaknaan hakiki olahraga. Kerancuan
ini terjadi pada pemaknaan konsep bermain dengan konsep olahraga tradisional.
Karena itu, disarankan olahraga tradisional tetap saja sebagai kegiatan
permainan, dan bukan mengarah pada makna kompetisi atau olahraga.
Sport, jika
diartikan sebagai olahraga (ingat: olahraga bisa bermakna ganda, olahraga dalam
Bahasa Indonesia, yang berarti membina raga, mengembangkan tubuh agar sehat,
kuat, dan atau produktif; dan olahraga dalam pemaknaan konsep sport). Sport
dalam sistem budaya Amerika adalah bentuk aktivitas bermain yang
diorganisir dan bersifat kompetetif. Coakley (2001), menyatakan bahwa olahraga
memiliki tiga indikator, yaitu: 1) sebagai bentuk keterampilan tingkat tinggi;
2) dimotivasi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik motivasi; dan 3) ada lembaga
yang mengatur dan mengelolanya. Sport
dalam budaya Amerika tidak sama dengan olahraga dalam budaya Indonesia. Karena
itu pula, olahraga bukanlah sport.
Sebagai contoh: cobalah bandingkan ketika: a) sepuluh orang anak bermain
sepakbola di suatu halaman serambi swalayan, masing-masing berusaha memasukan
bola ke gawang lawan, dengan b) sebelas orang pemain PERSIB bertanding
sepakbola melawan sebelas orang pemain PERSIJA. Manakah yang disebut olahraga?
Dan manapula yang disebut sebagai kegiatan bermain?
Lebih lanjut, olahraga dalam konteks sport
adalah keterampilan yang diformalkan kedalam beberapa tingkatan dan
dikendalikan oleh aturan atau peraturan yang telah disepakati. Meskipun
peraturan tersebut tertulis atau tidak tertulis, tetapi diakui sebagai rujukan
bersama dan tidak bisa diubah ketika sedang melakukan olahraga tersebut.
Olahraga tidak dapat diartikan terpisah
dari ciri kompetitif-nya. Ketika olahraga kehilangan ciri kompetitifnya, maka
aktivitas jasmani itu menjadi bentuk permainan atau rekreasi. Bermain dapat
berubah menjadi olahraga, sementara olahraga tidak akan pernah menjadi bentuk
bermain; unsur kompetitif menjadi aspek penting pada kegiatan olahraga sebagai sport.
Pendidikan jasmani memiliki ciri bermain
dan olahraga, tetapi secara eksklusif bukanlah suatu kombinasi yang setara
diantara istilah bermain dan olahraga. Seperti sudah dikemukakan pada bagian
awal tulisan ini, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang diarahkan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik dan
juga aktivitas pendidikan, tetapi baik itu kegiatan bermain atau olahraga
(sebagai sport), keduanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan proses
kependidikan, hampir selalu pengalaman aktivitas jasmani dapat dimanfaatkan
untuk pencapaian kepentingan pendidikan.
Bermain, olahraga (sport) dan pendidikan jasmani mengandung unsur "gerak
insani". Ketiganya dapat dimanfaatkan untuk proses kependidikan. Bermain
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan relaksasi dan hiburan, tanpa ada dampak
pada tujuan pendidikan, seperti juga olahraga muncul bukan diarahkan untuk
kepentingan-kepentingan pendidikan. Sebagai contoh: Beberapa atlet profesional
(dalam beberapa cabang olahraga) tidak menunjukkan adanya ciri-ciri
kependidikan. Sedangkan, ada pula beberapa ahli kependidikan jasmani belum
menerapkan olahraga sebagai ciri kehidupannya. Keriangan dan pendidikan
bukanlah sesuatu yang bermakna eksklusif, tetapi semua itu dapat dan harus
muncul bersama-sama.
Beragamnya makna olahraga oleh
masyarakat menandakan bahwa olahraga memiliki sejuta makna yang dapat
diterjemahkan menurut selera dan wawasan pengetahuan masyarakat itu sendiri.
Makna yang sangat sederhana adalah aktivitas jasmani. Namun terkadang juga
diterjemahkan sebagai bentuk "prestasi" dari penampilan keterampilan
tingkat tinggi. Makna olahraga bercampur antara olahraga sebagai aktivitas
jasmani, bermain, atau gerak badan, sampai dengan makna olahraga sebagai bentuk
"prestasi" tingkat tinggi. Sistem budaya dan kepercayaan kemudian
menentukan bahwa olahraga di masyarakat terbagi ke dalam olahraga pendidikan,
olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Selain itu juga dikenal olahraga
kesehatan, olahraga rehabilitiasi, dan olahraga tradisional. Hal ini terjadi
ditunjang pula oleh nilai-nilai atau keyakinan yang diperoleh, untuk kemudian
dikelompokkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan olahraga.
Pelaksanaan pengajaran pendidikan
jasmani terjadi dalam dua paradigma. Pertama, pendidikan olahraga yang lebih
menekankan pada pemanfaatan olahraga sebagai alat pendidikan. Bersamaan dengan
itu pula dapat disebut sebagai pendidikan kedalam olahraga atau sering disebut
sebagai “sport education”. Kedua,
paradigma pemanfaat aktivitas jasmani sebagai ciri dari gerak insani.
Gerak atau aktivitas jasmani dikemas,
diorganisasikan, dan diajarkan kepada siswa sehingga diharapkan siswa menjadi
terbiasa hidup aktif sepanjang hayat dan mengantarkan siswa memiliki kualitas
hidup (terutama fisikal) yang lebih baik. Pemanfaatan aktivitas jasmani inilah
yang kemudian menyebut penyandang profesinya sebagai “guru pendidikan jasmani.”
Tetapi, kata olahraga sering mengambil dari istilah “sport”, yang menuntut pada praktik pelatihan, pengulangan, atau
pemeroleh keterampilan teknik dasar kecabangan olahraga.
Pemerolehan teknik kecabangan olahraga
ini menuntut siswa berprestasi, sehingga dengan demikian melahirkan sebutan
penyandang profesinya adalah “guru olahraga.”
KESIMPULAN
Pendidikan
jasmani sering diartikan sebagai bentuk pendidikan olahraga. Namun demikian,
sesungguhnya pendidikan jasmani berbeda dengan pendidikan olahraga. Meskipun
olahraga sebagai salah satu bentuk kegiatan aktivitas jasmani, tetapi olahraga
lebih bermakna bentuk aktivitas jasmani kecabangan olahraga. Pendidikan
olahraga lebih bermakna pendidikan kedalam olahraga, dalam kaitan ini ada
bentuk sosialisasi kedalam olahraga. Karena itu muatan pendidikan jasmani juga
sering berupa sosialisasi kedalam olahraga. Mungkinkah pendidikan jasmani
bermakna ganda, yaitu selain bentuk pendidikan melalui atau tentang aktivitas
jasmani, tetapi juga bentuk pendidikan sosialisasi kedalam olahraga.
Pendidikan
jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara
organik, neuromuscular, intelektual,
sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan
berbagai aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani adalah upaya pendidikan melalui
pemilihan aktivitas jasmani, yang diarahkan untuk dapat mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan yang hendak dicapai bersifat menyeluruh, bukan hanya tujuan
perkembangan fisikal, tetapi juga perkembangan kognitif, neuro-muscular,
afektif-sosial-emosional, dan bahkan moral sekali pun. Pendidikan jasmani
adalah bentukan pendidikan yang menyeluruh menyangkut semua dimensi utuh
manusia.
Pendidikan
jasmani terkait dengan aktivitas jasmani untuk kesehatan, kebugaran dan senam.
Aktivitas jasmani, meskipun kadang bentuknya berupa olahraga, tetapi orientasi
tujuan yang ingin dicapai adalah kesehatan dan kebugaran. Pendidikan jasmani
sebaiknya berbeda dengan istilah “sport”,
“play” dan “game.” Sport lebih bermakna kegiatan aktivitas
jasmani kompetitif, yang berujung pada penetapan ada yang menang dan ada yang
kalah, selain juga ada lembaga yang mengurusi dan mengawasinya secara formal.
Sedangkan, paly dan game adalah
bermain dan permainan. Dengan demikian, terdapat istilah pendidikan jasmani,
olahraga, bermain, dan permainan, yang keempatnya berbeda makna. Sesungguhnya,
ketika dulu dikenal ada istilah “gerak badan”, barangkali ada istilah yang
memadankan olahraga dengan gerak badan, yaitu aktivitas jasmani yang sekedar
untuk menggerakkan badan saja, tidak ada ciri kompetitifnya.
Pendidikan
jasmani memiliki bidang garapan yang makin meluas. Seolah tidak mengenal batas
mana wilayah cakupannya. Karena itu, sering diidentikan dengan istilah “human movement” atau gerak insani yang
juga luas, seluas bidang kajian tentang insan/manusia. Suatu studi yang juga
mempelajari tentang gerak insani dan mengarahkan gerak insani sebagai media
pendidikan. Namun dalam perdebatan ini, belum ada kesepahaman resmi bahwa gerak
insani bisa menggantikan istilah pendidikan jasmani.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar